Sabtu, 09 Januari 2016

SENANDUNG JOGJA



Sore itu kusandarkan punggung di sofa pink favoritku di ruang baca. Sebenarnya terlalu berlebihan kalau disebut ruang karena ini hanyalah pojok kamar dekat jendela besar yang terdapat lemari  penuh dengan buku. Sofa pink berbentuk panjang dengan tingkat keempukkan yang nyaman untuk di duduki membuatku betah berlama-lama duduk di situ untuk membaca atau hanya sekedar melihat pemandangan taman samping rumah dengan sesekali menikmati hembusan angin. Sejak pertengkaran di telepon itu suasana hatiku semuram langit jombang yang sedang dikuasai awan hitam. Semuanya serba tidak enak, tidur tidak enak, makan tidak enak, berdiri tidak enak, mandi tidak enak, bahkan suara afgan terdengar sumbang di telingaku. Kayak lagu dangdut aja hidupku, ah alay! Tetapi itu yang kurasa. Tiba-tiba HP putihku bergetar, kulihat ada panggilan dari Rika teman sekerjaku, kugeser tombol hijau dan menempelkan HP itu ke telingaku.
“ assalamualaikum wahai mayang temanku “ suara Rika terdengar cerah ceria.
“ waalaikumsalam wahai Rika yang sementara ini masih temanku “ aku bisa membayangkan wajah bulatnya menjadi lebih bulat karena cemberut, jadi tertawa sendiri aku.
“ May ikut aku ke Jogja, yah kita travelling ala-ala backpacker. Daripada liburan di rumah aja. Refressing lah sebelum kita mulai ketemu murid-murid lagi ”
“  Jogja? Hmmm … aku sudah sering ke Jogja, bosen ah! “ jawabku.
“ Kita eksplore wilayah gunung kidul May, coba kamu googling, ada gua pindul, pantai Indrayanti, pantai Kukup dan puncaknya kita ke Merapi, aku yakin kamu belum pernah kesana, yak kan? gimana mau ya…temani aku lah, sekalian aku mau kerumah paklikku. Rumah paklik ku di daerah wisata LavaTour merapi lho “ Rika mulai mengeluarkan bujuk rayunya. Dan memang aku belum pernah ke daerah Gunung Kidul dan Merapi.
“ Itu bukan backpacker namanya kalau ke rumah paklikmu “ sahutku.
“ hehehe…iya sih, sebodo lah yang penting kamu mau ya “
“ Baiklah, aku ijin Bapak Ibu dulu ya “ sahutku.
“ Ok May, besok kita berangkat jam 8 pagi. Kita pakai kereta Sancaka, nanti sampai Jogja siang. Lekas prepare ya, see you ! Assalamualikum “  klik!
Ya elah nih anak, belum jawab juga udah di matiin. Mungkin ini jalan keluar bagiku untuk sejenak lepas dari masalahku dengan mas Malik. Apa aku perlu memberitahunya kalau aku ke Jogja ya, ah... sebaiknya tidak usah, kurasa mas Malik sedang ingin sendiri.
Pagi telah tiba segala macam persiapan telah kejejalkan ke dalam travel bag ku. Jam enam pagi sudah stand by di stasiun jombang menunggu kedatangan Rika di depan stasiun. Kalau menyebut nama Rika secara otomatis aku teringat bang Haji Rhoma Irama, yang disalah satu film nya ada tokoh perempuan yang bernama Rika. Jadi tertawa sendiri ingat cara bang Haji memanggil nama Rika. Stasiun pagi ini tampak sepi. Di depan ada beberapa abang becak yang terkantuk kantuk di atas becaknya. Mungkin semalam mereka pada begadang. Ahh...jadi ingat bang Haji lagi.
“ Hai Mayang dah nungguin ya, maklum orang penting selalu datangnya belakangan “ katanya dengan wajah tanpa dosa.
Tanpa membalas perkataan Rika, langsung kubalikkan badan masuk ke stasiun dan menunggu di peron stasiun. Terdengar suara Rika memanggil-manggil dengan menyeret travel bag yang diatasnya masih diberi satu tas besar.
Kudaratkan badanku di kursi peron yang keras dan kusodorkan tiket ke Rika. “ Makasih…itu lah May yang ku suka kalau pergi denganmu, semua selalu ready “ kata Rika dengan cengar cengir. Kubalas dengan senyuman tipis. Rupanya keberangkatan ini masih belum mampu merubah suasana hatiku yang sedang mendung.
Tepat jam 8.49 kereta sancaka jurusan Surabaya – Jogjakarta tiba di stasiun Jombang. Kuangkat pantat ku dari kursi keras itu bergegas menuju ke gerbong  kereta api. Rika menyusulku dan berusaha mengimbangi langkahku “ May tunggu, ah…kau ini jangan terlalu cepat jalannya. “
Aku menoleh dan tertawa melihat Rika kerepotan dengan barang bawaanya. Heran hanya beberapa hari di Yogjakarta saja barangnya sudah kayak mau tinggal sebulan. Setelah memasuki gerbong kereta segera kulihat nomer tempat duduk di karcisku dan mulai mencari tempatku bertahtah selama 3 jam kedepan. Aku membeli tiket kereta api kelas bisnis, dan kurasa sudah cukup nyaman. Tempat duduk nyaman, bersih, dan ber-AC. Dengan harga tiket sebesar Rp. 190.000,00 kurasa ini sepadan. Tidak sebegitu lama kereta yang kami tumpangi segera berangkat. Kulihat Rika tertidur di kursinya, ingatanku melayang pada pertengkaranku dengan mas malik di telepon.
“ Aku sudah bilang May, kalau dia memiliki maksud “ suara mas Malik terdengar gusar di ujung telepon sana. “ Maksudmu Ricki? Maksud apaan, dengar ya mas, Ricki itu teman di Twitter. Ok lah kita memang sering ngobrol tetapi itu di TimeLine, maksudku supaya mas sendiri dapat membaca. Aku tidak pernah DM dengan Ricki. Sungguh ..” Aku membuat pembelaan.
“ Tetap saja  May, coba kamu perhatikan cara dia bercanda dengan kamu dan dengan cewek lain itu berbeda.” Tak kusangka ternyata mas Malik juga memantau TimeLine milik Ricki.
“ Tapi aku tidak mengajak ngobrol duluan mas, dia menanggapi tweet ku, dan kurasa cara dia bercanda denganku masih dalam batas kewajaran ” sanggahku.
“ Kamu mulai membela dia May, dia ingin ketemu kamu. Aku sudah bilang jangan melayani obrolannya. Kamu memintaku untuk tidak dekat-dekat dengan cewek lain. Selama ini aku menjaga sikap untuk tidak dekat dengan cewek lain, tapi bagaimana dengan kamu? Ah May , kurasa aku sudah sampai batasku! “suara mas Malik terdengar meninggi.
Ricki pengin ketemu aku? Aku saja tidak tahu. Sedari pagi aku belum membuka si burung biru itu. “ tunggu mas, gini..apa aku sudah menjawab menjawab menyanggupi untuk ketemu? Aku saja baru tahu dari kamu, jadi tidak ada alasan yang membenarkan untuk kamu marah ke aku. “ jawabku hati-hati agar mas Malik tidak semakin emosi.
“ Intinya bukan itu May, tetapi niatnya yang ingin ketemu denganmu. Mengapa dia sampai punya niat seperti itu, gara-gara kamu yang selalu menganggapi obrolan-obrolannya ” katanya dengan suara keras.
“ Mas aku … aku … “ aku bingung harus berkata apa.
“ Sudahlah May sementara kita break dulu, aku lelah ! “
Suara bel kereta menyentakkanku dari lamunan. Pukul 12 siang kereta telah tiba di stasiun tugu, stasiun ini cantik sekali dengan arsitektur jaman Belanda, Terlihat kesibukkan di sana sin. Ku colek Rika “ Rik mana paklikmu sambil mengedarkan pandangan di pintu kedatangan penumpang.
Rika pun celingukan kesan kesini, “ Paklik…Paklik… “ Rika berlari ke arah bapak-bapak,  yah kurang lebih sekitar usia 42 dengan rambut cepak dan penampilan masih seperti anak muda. Rika mencium tangan paklik nya “ Mayang ini paklik ku namanya Paklik Anton, paklik ini Mayang temen ngajar “ Aku menyalami paklik Anton. “ Yo wes , ayo podo mangkat. Paklik ambil mobil dulu, kalian tunggu di sini ya “ paklik Anton bergegas menuju ke arah parkiran. Suasana asri terlihat di sekitar stasiun meski panas tetapi itu tidak menghapus pemandangan khas Yogjakarta. Jogjakarta sambut aku, kataku dalam hati.
Dalam perjalanan paklik Anton bercerita “ Rumah paklik ada di daerah sleman, kata Rika kalian mau ke daerah gunung kidul. Memang agak jauh dari sleman tetapi nanti kalian akan menjumpai pemandangan yang bagus di gunung kidul. Tidak akan merasa bosan di perjalanan, kita berangkat besok pagi-pagi sekali, supaya bisa melihat semua objek wisata di daerah gunung kidul. “ penjelasan paklik membuat ku semakin penasaran dengan beragam wisata yang ada di daerah gunung kidul.
Sesampai di rumah paklik Anton kami dimanjakan dengan suguhan Gudeg buatan bulik yang menurutku sangat enak apalagi rumah paklik Anton yang asri. Banyak pohon dan yang kerennya lagi penuh dengan tanaman aggrek jenis specie. Jadi masih murni, bukan hasil persilangan. Bunganya bentuknya macam-macam, aku sendiri tidak tahu kalau ada anggrek yang bercorak seindah itu. Kerasan sekali aku ada di sini, sampai aku lupa dengan masalahku dengan mas Malik. Ah…iya sedang apa ya mas Malik sekarang. Segera kutepis pertanyaan itu. Aku akan menikmati setiap moment yang akan ku alami selama aku di Jogjakarta.
Pagi harinya kususun semua persiapan untuk pergi ke gunung kidul, ku cek lagi barang-barang yang akan kubawa, baju, peralatan mandi, handuk, make up, minyak kayu putih, buku, ah tak lupa kaca mata karena di daerah gunung kidul daerah panas maka ini penting sekali. Setelah sarapan kami berempat segera berangkat. Aku, Rika, paklik Anton, dan anak paklik yang berbawa Anwar. Perjalanan sleman ke gunung kidul tepatnya gua pindul sekitar 70 Km, memakan waktu perjalanan 3 jam. Paklik Anton benar pemandangan di gunung kidul indah, dan yang menurutku lain daripada yang lain adalah setiap halaman rumah penduduk sana ditanami padi atau jagung. Depan rumah!..bayangkan kalau jagungnya sudah besar-besar seperti apa ruwetnya pemandangan depan rumah. Tetapi mungkin mereka berpikir tanaman ini lebih manfaat daripada menanami halaman dengan tanaman hias. Perjalanan panjang yang cukup melelahkan. Sampailah kami di posko gua Pindul. Posko ini berupa rumah kayu biasa yang penuh dengan rak yang berisi pelampung. Rupanya sebelum masuk ke lokasi gua pindul kita akan dipakaikan pelampung. Untuk anak umur tiga tahun sudah diwajibkan memakai pelampung. Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp 35.000,00  kami antri untuk manaiki Pajero. Wuiihhh… Pajero dah mbayangin betapa kerennya masuk gua diantar Pajero. Tak seberapa lama datanglah mobil jenis pickup lama yang hidung depan mobil panjang dan di bak nya dipasangi besi setengah badan. Pemandu meminta kami menaiki mobil itu. Satu mobil diisi 20 orang, agak berdesakkan sih. Ku Tanya pemandunya “ mas mana pajeronya? “ “ Ya ini mbak...pajero itu kan kepanjangan Panas Njobo NJero “ katanya sambil tertawa. Aku melongo mencoba memahami istilah itu. Dan tertawalah aku, rupannya karena menaiki mobil pick up ini maka di sebut istilah pajero, panasnya luar dalam, secara kita berdiri berdesakkan di bawah terik matahari.     
Gua pindul terletak di desa Bejiharjo kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunung Kidul. Cara menelusuri gua ini dengan menggunakan pelampung karena terdapat aliran sungai bawah tanah. Hal ini dikenal dengan istilah Cave Tubing. Panjang gua ini 350 m dengan lebar 5 meter dan jarak permukaan air dengan atap gua 4 meter. Aku sudah membayangkan keseruan menelusuri gua ini. Di tempat parkir banyak pedagang yang menawarkan pengaman handphone seharga RP. 20.000,00. Itu sudah harga penawaran. Bentuknya kotak dari plastic tebal dan ada gantungan buat digantungin di leher. Semua tas dititipkan di posko tersebut. Jarak antara posko dengan gua hanya 10 menit ditempuh dengan menaiki si pajero.setelah sampai dilokasi kami masih harus berjalan lagi, menelusuri tangga dan itu memakan waktu 10 menit. Sampailah kami di dam akhir dari penelusuran gua. Untuk mencapai mulut gua kita masih harus berjalan lagi sekitar 1 km dan medannya itu tanjakan bu..!! ini benar-benar cobaan yang berat untuk aku yang punya badan segede gaban. Ditambah dengan harus membawa ban besar yang memiliki diameter sepanjang 1 meter. Tambah berat lah cobaan yang kualami. Keringat bercucuran ke mana-mana, kalau sampai pulang dari sini aku tidak turun sekilo atau dua kilo sungguh keterlaluan badan ku ini.
Sekitar setengah jam kami sampai di mulut gua yang sudah penuh dengan orang. Di situ kulihat keterangan bahwa gua ini dinamakan pindul karena jaman dahulu ada peristiwa pembuangan bayi dan seorang senopati memandikan bayi dan pipi bayi tersebut terantuk batu sehingga memerah, mindul istilah orang Jogja.    
Kita akan dipandu turun ke mulut gua dengan langsung menaiki ban, posisinya bagian maaf pantat masuk ke dalam ban jadi kaki menjuntai keluar. Tiap ban ada pegangan jadi kita disuruh memegang tali ban lain. Semacam arak-arakan orang naik ban, Seru banget!  
Hanya sayangnya kondisi gua gelap jadi tidak terlalu banyak yang bisa dilihat, alasanya kalau diberi penerangan maka akan mengganggu warna batu di gua dan merusak ekosistem kelelawar yang ada di dalam. Di situ juga ada peternakan burung wallet di bagian atap gua. Tetapi ada satu spot yang indah yaitu ada celah diatas gua dan sinar matahari menerobos masuk ke dalam gua, bagus banget pemandangan di dalam gua. Tidak terasa satu jam kita menyusuri gua pindul. Aku dan Rika becanda ga habis-habis “ Gimana May, bagus khan tempat yang ku pilih “ kata Rika sambil menyusuri anak tangga kembali ke pajero yang setia menunggu. “ Buat kali ini Rik, aku acungi jempol buat kamu! “ sahutku. Paklik Anton dan Anwar menunggu di posko, kami menuju ke posko untuk mengambil tas dan mencari kamar mandi. Kamar mandi disana masih menggunakan kamar mandi penduduk sekitar dengan membayar Rp 2.000,00. Harus sabar antri karena jumlah kamar mandi yang terbatas. Setelah mandi aku menuju ke tempat parkir dimana paklik Anton dan Anwar menunggu. Sebenarnya perjalanan mau dilanjutkan ke daerah pantai indrayanti dan pantai kukup tetapi cuaca sedang tidak bersahabat sehingga kami memutuskan untuk kembali pulang.
“ Besok kita ke merapi, kalian bisa sewa jeep untuk keliling di daerah lereng selatan merapi “ Kata Paklik Anton. “ Setujuuuuuuu!!! ” Sahutku bersamaan dengan Rika. Wisnu tersenyum melihat tingkah kami yang seperti gadis berumur 17 tahun padahal sudah pada 27 tahun. Seingatku erupsi gunung Merapi tahun 2010 telah meluluhlantakkan lereng selatan merapi, ada beberapa dusun yang hilang terbakar dan tertimbun material, banyak korban meninggal termasuk juru kunci merapi yang bernama mbah Marijan. Tiga bulan pasca erupsi kondisinya berbalik 180 derajat. Lereng selatan Merapi menjadi objek wisata baru. Sampai sekarang kehidupan masyarakat lebih baik bahkan dibandingkan sebelum erupsi.
Keesokkan harinya seperti kesepakatan kemarin kami pergi ke Merapi, pukul 9 pagi kami berempat bersiap menuju spot tempat persewaan jeep dan motor trail. Karena letak rumah paklik Anton di daerah wisata tersebut maka kami memutuskan jalan kaki dan itu hanya memakan waktu 20 menit. Kaliurang berhawa dingin tetapi dinginnya nyaman. Kanan kiri banyak kulihat tanaman buah kelengkeng. Saat itu masih kecil-kecil, aku membayangkan jika kelengkeng itu sudah masak semua rasanya tidak mau pulang balik ke Jombang. Sesampai di pelataran parkir sudah banyak orang yang ada disana. Di situ ada kawasan hutan yang dilindungi dan di dalamnya di kuasai oleh monyet-monyet kecil. Banyak sekali orang berjualan mulai dari craft sampai makanan. Ada makanan yang belum aku jumpai di Jombang yaitu tetel (ketan putih dikukus dengan kelapa parut dan di padatkan) tetapi makannya sama tempe dan tahu bacem, seporsi seharga Rp. 10.000,00. Rasanya enak banget untuk tetelnya lumer dan halus di mulut. Rasa tempe dan tahu bacemnya juga enak. Kalau aku makannya terpisah, tidak tahu bagaimana rasanya kalau cara makannya disantap berbarengan. Ada lagi sate kelinci, belum pernah makan juga jadi aku coba membeli seporsi seharga RP. 30.000,00. Sayangnya bumbunya kurang pas di lidahku. Dan satu lagi yang dominan disana yaitu pecel. Pecel bisa dimakan dengan nasi atau tanpa nasi. Rasanya jangan ditanya enak banget dengan suasana dingin seperti itu.
“ Ayo kita ke parkiran mobil Jeep. Satu mobil dapat diisi 4 orang “ kata paklik Anton. Setelah kenyang jalan-jalan naik jeep, sempurnalah hidupku. Semua masalah terlupakan sudah. Harga sewa jeep untuk short trip seharga RP. 300.000,00 selama satu jam, dengan route kaliurang – mini museum – batu wajah – bungker kaliadem – kaliurang . Ada juga long trip seharga Rp. 500.000,00 dengan route Kaliurang – mini museum – batu wajah – bungker kaliadem – makam mbah Marijan – kaliurang. Dan kami berempat memutuskan mengambil yang short trip.
Naik mobil Jeep dengan suasana kaliurang yang dingin sangat indah sekali pemandangannya bagus tidak lupa kami mengambil beberapa gambar. Biasalah selfi is the best. Jeep berjalan menyusuri sungai yang dahulu bekas aliran lahar dingin. Masih ada jejak aliran lahar dinginnya. Perjalanan cukup memacu andrenalin khususnya untuk aku yang belum pernah naik jeep dengan medan seperti ini. Setelah menyusur sungai sampailah kita ke mini museum. Sebenarnya ini adalah bekas desa yang terkena erupsi. Ada berbagai peninggalan,  rumah yang hanya sebagian kecil utuh, ada beberapa peninggalan barang setelah terkena erupsi. Melihat benda-benda itu jadi sedikit banyak dapat membayangkan bagaimana ngeri nya peristiwa erupsi Merapi 2010. Setelah melihat-lihat sejenak kami melihat ada batu besar unik yang katanya mirip wajah manusi. Tetapi aku tidak bisa melihat ada wajah manusia di situ mungkin imajinasiku sedang tidak jalan. Setelah itu kami sampai di bungker kaliadem. Namanya bungker otomatis itu adalah  bangunan bawah tanah yang berfungsi sebagai tempat berlindung. Disana juga katanya ada dua relawan yang mati karena tidak kuat menahan hawa panas ketika erupsi. Bungker itu menjadi prasasti untuk mengenang peristiwa erupsi merapi 2010. Di samping ada sisi keindahan panorama ada sisi sedihnya juga. Kami pun berhenti sejenak, Sepanjang mata memandang hanya ada hamparan pasir batu dan sisa-sisa erupsi. Seolah mengingatkan kita untuk tidak jumawa karena ada kekuatan lain yang Maha Dasyat. Diluar perkiraanku perjalananku ke Jogja  kali ini membawa pemahaman baru dalam diriku. Jogja menyenandungkan di telingaku tentang  kearifan dalam kehidupan. Sejenak aku teringat mas Malik dan melihat akar permasalahan kami dari sudut pandangku dan sudut pandang mas Malik. Dan aku tahu apa yang harus kulakukan ketika aku kembali ke Jombang. Rika menyenggol lenganku, tersenyum aku memandangnya dan kami berdua kembali ke tempat paklik Anton dan wisnu menunggu. Jeep pun membawa kami kembali  ke kawasan wisata LavaTour Kaliurang.





Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Writing Project #Jalan2INDONESIA yang diselenggarkan Nulisbuku.com, Storial.co, dan Walk indies

Tidak ada komentar:

Posting Komentar