Rabu, 27 Januari 2016

ANGIN (BAGIAN 2)

MALAM DAN LELAKI


Sepuluh tahun yang lalu...

2 februari 2005

Kampus terlihat lengang malam itu. Angin bertiup agak kencang membawa kelembaban, pertanda hujan akan mengguyur Surabaya. Aku dan Mei duduk di pelataran gedung berlantai sembilan, gedung paling tinggi di kampusku. Di pojok taman tampak beberapa mahasiswa yang mayoritas laki-laki. maklumlah gedung ini dekat dengan gedung teknik. berderet-deret duduk menikmati kelembaban malam yang semakin basah menyentuh kulit. sesekali mereka tertawa, entah menertawakan apa, mungkin menertawakan hidup mereka yang terkatung-katung tiap akhir bulan menunggu kiriman yang belum datang atau gaji yang tidak kunjung memenuhi saku mereka. karena ini kelas malam, maka sebagian besar mahasiswanya bekerja.

Dikelas malam aku menggolongkan mahasiswa teknik menjadi tiga golongan.

golongan pertama adalah mahasiswa yang bekerja. Ciri mereka datang ke kampus terkadang masih memakai baju kerja, dan wajah mereka tampak lebih dewasa dibandingkan mahasiswa yang menghuni kelas pagi. Yang paling aku suka adalah mereka tidak pelit uang maupun tugas.

golongan kedua adalah mahasiswa dengan usia lebih tua dibandingkan dengan usia rata-rata seangkatan dan tidak bekerja. mereka memilih kelas malam untuk menambah network, setidaknya informasi lowongan kerja lebih mudah di dapat dan menyingkirkan rasa malu karena kalau mengambil kelas pagi pasti akan menjadi yang tertua di kelas itu.

golongan ketiga adalah mahasiswa dengan usia sesuai angkatan tetapi mereka penyuka malam. dan aku masuk golongan ketiga ini.

malam itu kami mengisi dengan obrolan yang sudah-sudah, terkadang diselipi becanda yang membuat kami tertawa tergelak-gelak.

" Sepertinya semester depan aku sudah tidak kost, karena tinggal bimbingan skripsi saja " kataku

" Kenapa tidak mengulang mata kuliah yang nilainya C Ir? " Mei menanyakan motif ku

" Aku sudah merasa sesak di kota ini. Pulang ke kampung adalah solusi terbaik, masa bodoh dengan nilai C " aku menoleh ke Mei dengan tersenyum.

Mei tersenyum paham dengan keputusanku. Kami kembali menikmati malam dalam diam. Mei adalah sahabatku di kampus itu, yang sangat paham dengan perjalanan yang kulalui di kota ini.

" Ir.."

" Ya, Mei ..."

" Aku menyukai malam ini " kata Mei sambil menutup mata menikmati setiap udara yang menyentuh kulitnya.

Aku menghirup dalam-dalam udara malam, menghirup semua rahasia yang ada padanya. Bagiku malam adalah pusat rahasia dari semesta ini. Kota terlihat indah di malam hari, udara bersahabat dengan kulit, dan langit terlihat lebih indah dengan warna kelam berhiaskan putih bintang dan bulan. laksana rambut seorang putri yang hitam legam bertatahkan mutiara, cantik sekali. Sayangnya malam ini bintang dan bulan tidak memperlihatkan diri tertutup awan hujan. Tetapi aku tetap mencintai malam dengan atau tanpa bintang bulan.

Tanpa di sadari pada sela-sela malam ada seseorang yang akan menjungkirbalikkan dunia ku, seseorang yang akan menjadi penyesalan dalam hidup kelak. Dan dia sedang memandangku sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar