Sore itu kusandarkan
punggung di sofa pink favoritku di ruang baca. Sebenarnya terlalu berlebihan
kalau disebut ruang karena ini hanyalah pojok kamar dekat jendela besar yang
terdapat lemari penuh dengan buku. Sofa
pink berbentuk panjang dengan tingkat keempukkan yang nyaman untuk di duduki
membuatku betah berlama-lama duduk di situ untuk membaca atau hanya sekedar
melihat pemandangan taman samping rumah dengan sesekali menikmati hembusan
angin. Sejak pertengkaran di telepon itu suasana hatiku semuram langit jombang
yang sedang dikuasai awan hitam. Semuanya serba tidak enak, tidur tidak enak,
makan tidak enak, berdiri tidak enak, mandi tidak enak, bahkan suara afgan
terdengar sumbang di telingaku. Kayak lagu dangdut aja hidupku, ah alay! Tetapi
itu yang kurasa. Tiba-tiba HP putihku bergetar, kulihat ada panggilan dari Rika
teman sekerjaku, kugeser tombol hijau dan menempelkan HP itu ke telingaku.
“ assalamualaikum
wahai mayang temanku “ suara Rika terdengar cerah ceria.
“ waalaikumsalam wahai
Rika yang sementara ini masih temanku “ aku bisa membayangkan wajah bulatnya
menjadi lebih bulat karena cemberut, jadi tertawa sendiri aku.
“ May ikut aku ke Jogja,
yah kita travelling ala-ala backpacker. Daripada liburan di rumah aja.
Refressing lah sebelum kita mulai ketemu murid-murid lagi ”
“ Jogja? Hmmm … aku sudah sering ke Jogja,
bosen ah! “ jawabku.
“ Kita eksplore
wilayah gunung kidul May, coba kamu googling, ada gua pindul, pantai
Indrayanti, pantai Kukup dan puncaknya kita ke Merapi, aku yakin kamu belum
pernah kesana, yak kan? gimana mau ya…temani aku lah, sekalian aku mau kerumah
paklikku. Rumah paklik ku di daerah wisata LavaTour merapi lho “ Rika mulai
mengeluarkan bujuk rayunya. Dan memang aku belum pernah ke daerah Gunung Kidul
dan Merapi.
“ Itu bukan backpacker
namanya kalau ke rumah paklikmu “ sahutku.
“ hehehe…iya sih,
sebodo lah yang penting kamu mau ya “
“ Baiklah, aku ijin
Bapak Ibu dulu ya “ sahutku.
“ Ok May, besok kita berangkat
jam 8 pagi. Kita pakai kereta Sancaka, nanti sampai Jogja siang. Lekas prepare
ya, see you ! Assalamualikum “ klik!
Ya elah nih anak,
belum jawab juga udah di matiin. Mungkin ini jalan keluar bagiku untuk sejenak
lepas dari masalahku dengan mas Malik. Apa aku perlu memberitahunya kalau aku
ke Jogja ya, ah... sebaiknya tidak usah, kurasa mas Malik sedang ingin sendiri.
Pagi telah tiba segala
macam persiapan telah kejejalkan ke dalam travel bag ku. Jam enam pagi sudah
stand by di stasiun jombang menunggu kedatangan Rika di depan stasiun. Kalau
menyebut nama Rika secara otomatis aku teringat bang Haji Rhoma Irama, yang
disalah satu film nya ada tokoh perempuan yang bernama Rika. Jadi tertawa
sendiri ingat cara bang Haji memanggil nama Rika. Stasiun pagi ini tampak sepi.
Di depan ada beberapa abang becak yang terkantuk kantuk di atas becaknya.
Mungkin semalam mereka pada begadang. Ahh...jadi ingat bang Haji lagi.
“ Hai Mayang dah
nungguin ya, maklum orang penting selalu datangnya belakangan “ katanya dengan
wajah tanpa dosa.
Tanpa membalas
perkataan Rika, langsung kubalikkan badan masuk ke stasiun dan menunggu di
peron stasiun. Terdengar suara Rika memanggil-manggil dengan menyeret travel
bag yang diatasnya masih diberi satu tas besar.
Kudaratkan badanku di
kursi peron yang keras dan kusodorkan tiket ke Rika. “ Makasih…itu lah May yang
ku suka kalau pergi denganmu, semua selalu ready “ kata Rika dengan cengar
cengir. Kubalas dengan senyuman tipis. Rupanya keberangkatan ini masih belum
mampu merubah suasana hatiku yang sedang mendung.
Tepat jam 8.49 kereta
sancaka jurusan Surabaya – Jogjakarta tiba di stasiun Jombang. Kuangkat pantat
ku dari kursi keras itu bergegas menuju ke gerbong kereta api. Rika menyusulku dan berusaha
mengimbangi langkahku “ May tunggu, ah…kau ini jangan terlalu cepat jalannya. “
Aku menoleh dan
tertawa melihat Rika kerepotan dengan barang bawaanya. Heran hanya beberapa
hari di Yogjakarta saja barangnya sudah kayak mau tinggal sebulan. Setelah
memasuki gerbong kereta segera kulihat nomer tempat duduk di karcisku dan mulai
mencari tempatku bertahtah selama 3 jam kedepan. Aku membeli tiket kereta api
kelas bisnis, dan kurasa sudah cukup nyaman. Tempat duduk nyaman, bersih, dan
ber-AC. Dengan harga tiket sebesar Rp. 190.000,00 kurasa ini sepadan. Tidak
sebegitu lama kereta yang kami tumpangi segera berangkat. Kulihat Rika tertidur
di kursinya, ingatanku melayang pada pertengkaranku dengan mas malik di
telepon.
“ Aku sudah bilang
May, kalau dia memiliki maksud “ suara mas Malik terdengar gusar di ujung
telepon sana. “ Maksudmu Ricki? Maksud apaan, dengar ya mas, Ricki itu teman di
Twitter. Ok lah kita memang sering ngobrol tetapi itu di TimeLine, maksudku
supaya mas sendiri dapat membaca. Aku tidak pernah DM dengan Ricki. Sungguh ..”
Aku membuat pembelaan.
“ Tetap saja May, coba kamu perhatikan cara dia bercanda
dengan kamu dan dengan cewek lain itu berbeda.” Tak kusangka ternyata mas Malik
juga memantau TimeLine milik Ricki.
“ Tapi aku tidak
mengajak ngobrol duluan mas, dia menanggapi tweet ku, dan kurasa cara dia
bercanda denganku masih dalam batas kewajaran ” sanggahku.
“ Kamu mulai membela
dia May, dia ingin ketemu kamu. Aku sudah bilang jangan melayani obrolannya.
Kamu memintaku untuk tidak dekat-dekat dengan cewek lain. Selama ini aku
menjaga sikap untuk tidak dekat dengan cewek lain, tapi bagaimana dengan kamu?
Ah May , kurasa aku sudah sampai batasku! “suara mas Malik terdengar meninggi.
Ricki pengin ketemu
aku? Aku saja tidak tahu. Sedari pagi aku belum membuka si burung biru itu. “
tunggu mas, gini..apa aku sudah menjawab menjawab menyanggupi untuk ketemu? Aku
saja baru tahu dari kamu, jadi tidak ada alasan yang membenarkan untuk kamu
marah ke aku. “ jawabku hati-hati agar mas Malik tidak semakin emosi.
“ Intinya bukan itu
May, tetapi niatnya yang ingin ketemu denganmu. Mengapa dia sampai punya niat
seperti itu, gara-gara kamu yang selalu menganggapi obrolan-obrolannya ”
katanya dengan suara keras.
“ Mas aku … aku … “
aku bingung harus berkata apa.
“ Sudahlah May
sementara kita break dulu, aku lelah
! “
Suara bel kereta
menyentakkanku dari lamunan. Pukul 12 siang kereta telah tiba di stasiun tugu,
stasiun ini cantik sekali dengan arsitektur jaman Belanda, Terlihat kesibukkan
di sana sin. Ku colek Rika “ Rik mana paklikmu sambil mengedarkan pandangan di
pintu kedatangan penumpang.
Rika pun celingukan
kesan kesini, “ Paklik…Paklik… “ Rika berlari ke arah bapak-bapak, yah kurang lebih sekitar usia 42 dengan
rambut cepak dan penampilan masih seperti anak muda. Rika mencium tangan paklik
nya “ Mayang ini paklik ku namanya Paklik Anton, paklik ini Mayang temen ngajar
“ Aku menyalami paklik Anton. “ Yo wes , ayo podo mangkat. Paklik ambil mobil
dulu, kalian tunggu di sini ya “ paklik Anton bergegas menuju ke arah parkiran.
Suasana asri terlihat di sekitar stasiun meski panas tetapi itu tidak menghapus
pemandangan khas Yogjakarta. Jogjakarta sambut aku, kataku dalam hati.
Dalam perjalanan
paklik Anton bercerita “ Rumah paklik ada di daerah sleman, kata Rika kalian
mau ke daerah gunung kidul. Memang agak jauh dari sleman tetapi nanti kalian
akan menjumpai pemandangan yang bagus di gunung kidul. Tidak akan merasa bosan
di perjalanan, kita berangkat besok pagi-pagi sekali, supaya bisa melihat semua
objek wisata di daerah gunung kidul. “ penjelasan paklik membuat ku semakin
penasaran dengan beragam wisata yang ada di daerah gunung kidul.
Sesampai di rumah
paklik Anton kami dimanjakan dengan suguhan Gudeg buatan bulik yang menurutku
sangat enak apalagi rumah paklik Anton yang asri. Banyak pohon dan yang
kerennya lagi penuh dengan tanaman aggrek jenis specie. Jadi masih murni, bukan
hasil persilangan. Bunganya bentuknya macam-macam, aku sendiri tidak tahu kalau
ada anggrek yang bercorak seindah itu. Kerasan sekali aku ada di sini, sampai
aku lupa dengan masalahku dengan mas Malik. Ah…iya sedang apa ya mas Malik
sekarang. Segera kutepis pertanyaan itu. Aku akan menikmati setiap moment yang
akan ku alami selama aku di Jogjakarta.
Pagi harinya kususun
semua persiapan untuk pergi ke gunung kidul, ku cek lagi barang-barang yang
akan kubawa, baju, peralatan mandi, handuk, make up, minyak kayu putih, buku,
ah tak lupa kaca mata karena di daerah gunung kidul daerah panas maka ini
penting sekali. Setelah sarapan kami berempat segera berangkat. Aku, Rika,
paklik Anton, dan anak paklik yang berbawa Anwar. Perjalanan sleman ke gunung
kidul tepatnya gua pindul sekitar 70 Km, memakan waktu perjalanan 3 jam. Paklik
Anton benar pemandangan di gunung kidul indah, dan yang menurutku lain daripada
yang lain adalah setiap halaman rumah penduduk sana ditanami padi atau jagung.
Depan rumah!..bayangkan kalau jagungnya sudah besar-besar seperti apa ruwetnya
pemandangan depan rumah. Tetapi mungkin mereka berpikir tanaman ini lebih
manfaat daripada menanami halaman dengan tanaman hias. Perjalanan panjang yang
cukup melelahkan. Sampailah kami di posko gua Pindul. Posko ini berupa rumah
kayu biasa yang penuh dengan rak yang berisi pelampung. Rupanya sebelum masuk
ke lokasi gua pindul kita akan dipakaikan pelampung. Untuk anak umur tiga tahun
sudah diwajibkan memakai pelampung. Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp
35.000,00 kami antri untuk manaiki
Pajero. Wuiihhh… Pajero dah mbayangin betapa kerennya masuk gua diantar Pajero.
Tak seberapa lama datanglah mobil jenis pickup lama yang hidung depan mobil
panjang dan di bak nya dipasangi besi setengah badan. Pemandu meminta kami
menaiki mobil itu. Satu mobil diisi 20 orang, agak berdesakkan sih. Ku Tanya
pemandunya “ mas mana pajeronya? “ “ Ya ini mbak...pajero itu kan kepanjangan
Panas Njobo NJero “ katanya sambil tertawa. Aku melongo mencoba memahami
istilah itu. Dan tertawalah aku, rupannya karena menaiki mobil pick up ini maka
di sebut istilah pajero, panasnya luar dalam, secara kita berdiri berdesakkan
di bawah terik matahari.
Gua pindul terletak di
desa Bejiharjo kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunung Kidul. Cara menelusuri gua
ini dengan menggunakan pelampung karena terdapat aliran sungai bawah tanah. Hal
ini dikenal dengan istilah Cave Tubing.
Panjang gua ini 350 m dengan lebar 5 meter dan jarak permukaan air dengan atap
gua 4 meter. Aku sudah membayangkan keseruan menelusuri gua ini. Di tempat
parkir banyak pedagang yang menawarkan pengaman handphone seharga RP.
20.000,00. Itu sudah harga penawaran. Bentuknya kotak dari plastic tebal dan
ada gantungan buat digantungin di leher. Semua tas dititipkan di posko
tersebut. Jarak antara posko dengan gua hanya 10 menit ditempuh dengan menaiki
si pajero.setelah sampai dilokasi kami masih harus berjalan lagi, menelusuri tangga
dan itu memakan waktu 10 menit. Sampailah kami di dam akhir dari penelusuran
gua. Untuk mencapai mulut gua kita masih harus berjalan lagi sekitar 1 km dan
medannya itu tanjakan bu..!! ini benar-benar cobaan yang berat untuk aku yang
punya badan segede gaban. Ditambah dengan harus membawa ban besar yang memiliki
diameter sepanjang 1 meter. Tambah berat lah cobaan yang kualami. Keringat
bercucuran ke mana-mana, kalau sampai pulang dari sini aku tidak turun sekilo
atau dua kilo sungguh keterlaluan badan ku ini.
Sekitar setengah jam
kami sampai di mulut gua yang sudah penuh dengan orang. Di situ kulihat
keterangan bahwa gua ini dinamakan pindul karena jaman dahulu ada peristiwa
pembuangan bayi dan seorang senopati memandikan bayi dan pipi bayi tersebut terantuk
batu sehingga memerah, mindul istilah orang Jogja.
Kita akan dipandu
turun ke mulut gua dengan langsung menaiki ban, posisinya bagian maaf pantat
masuk ke dalam ban jadi kaki menjuntai keluar. Tiap ban ada pegangan jadi kita
disuruh memegang tali ban lain. Semacam arak-arakan orang naik ban, Seru
banget!
Hanya sayangnya
kondisi gua gelap jadi tidak terlalu banyak yang bisa dilihat, alasanya kalau
diberi penerangan maka akan mengganggu warna batu di gua dan merusak ekosistem
kelelawar yang ada di dalam. Di situ juga ada peternakan burung wallet di
bagian atap gua. Tetapi ada satu spot yang indah yaitu ada celah diatas gua dan
sinar matahari menerobos masuk ke dalam gua, bagus banget pemandangan di dalam
gua. Tidak terasa satu jam kita menyusuri gua pindul. Aku dan Rika becanda ga
habis-habis “ Gimana May, bagus khan tempat yang ku pilih “ kata Rika sambil
menyusuri anak tangga kembali ke pajero yang setia menunggu. “ Buat kali ini
Rik, aku acungi jempol buat kamu! “ sahutku. Paklik Anton dan Anwar menunggu di
posko, kami menuju ke posko untuk mengambil tas dan mencari kamar mandi. Kamar
mandi disana masih menggunakan kamar mandi penduduk sekitar dengan membayar Rp
2.000,00. Harus sabar antri karena jumlah kamar mandi yang terbatas. Setelah
mandi aku menuju ke tempat parkir dimana paklik Anton dan Anwar menunggu. Sebenarnya
perjalanan mau dilanjutkan ke daerah pantai indrayanti dan pantai kukup tetapi
cuaca sedang tidak bersahabat sehingga kami memutuskan untuk kembali pulang.
“ Besok kita ke merapi,
kalian bisa sewa jeep untuk keliling di daerah lereng selatan merapi “ Kata
Paklik Anton. “ Setujuuuuuuu!!! ” Sahutku bersamaan dengan Rika. Wisnu
tersenyum melihat tingkah kami yang seperti gadis berumur 17 tahun padahal
sudah pada 27 tahun. Seingatku erupsi gunung Merapi tahun 2010 telah
meluluhlantakkan lereng selatan merapi, ada beberapa dusun yang hilang terbakar
dan tertimbun material, banyak korban meninggal termasuk juru kunci merapi yang
bernama mbah Marijan. Tiga bulan pasca erupsi kondisinya berbalik 180 derajat.
Lereng selatan Merapi menjadi objek wisata baru. Sampai sekarang kehidupan
masyarakat lebih baik bahkan dibandingkan sebelum erupsi.
Keesokkan harinya
seperti kesepakatan kemarin kami pergi ke Merapi, pukul 9 pagi kami berempat
bersiap menuju spot tempat persewaan jeep dan motor trail. Karena letak rumah
paklik Anton di daerah wisata tersebut maka kami memutuskan jalan kaki dan itu
hanya memakan waktu 20 menit. Kaliurang berhawa dingin tetapi dinginnya nyaman.
Kanan kiri banyak kulihat tanaman buah kelengkeng. Saat itu masih kecil-kecil,
aku membayangkan jika kelengkeng itu sudah masak semua rasanya tidak mau pulang
balik ke Jombang. Sesampai di pelataran parkir sudah banyak orang yang ada
disana. Di situ ada kawasan hutan yang dilindungi dan di dalamnya di kuasai
oleh monyet-monyet kecil. Banyak sekali orang berjualan mulai dari craft sampai
makanan. Ada makanan yang belum aku jumpai di Jombang yaitu tetel (ketan putih
dikukus dengan kelapa parut dan di padatkan) tetapi makannya sama tempe dan
tahu bacem, seporsi seharga Rp. 10.000,00. Rasanya enak banget untuk tetelnya
lumer dan halus di mulut. Rasa tempe dan tahu bacemnya juga enak. Kalau aku
makannya terpisah, tidak tahu bagaimana rasanya kalau cara makannya disantap
berbarengan. Ada lagi sate kelinci, belum pernah makan juga jadi aku coba
membeli seporsi seharga RP. 30.000,00. Sayangnya bumbunya kurang pas di
lidahku. Dan satu lagi yang dominan disana yaitu pecel. Pecel bisa dimakan
dengan nasi atau tanpa nasi. Rasanya jangan ditanya enak banget dengan suasana
dingin seperti itu.
“ Ayo kita ke parkiran
mobil Jeep. Satu mobil dapat diisi 4 orang “ kata paklik Anton. Setelah kenyang
jalan-jalan naik jeep, sempurnalah hidupku. Semua masalah terlupakan sudah.
Harga sewa jeep untuk short trip seharga RP. 300.000,00 selama satu jam, dengan
route kaliurang – mini museum – batu wajah – bungker kaliadem – kaliurang . Ada
juga long trip seharga Rp. 500.000,00 dengan route Kaliurang – mini museum –
batu wajah – bungker kaliadem – makam mbah Marijan – kaliurang. Dan kami
berempat memutuskan mengambil yang short trip.
Naik mobil Jeep dengan
suasana kaliurang yang dingin sangat indah sekali pemandangannya bagus tidak
lupa kami mengambil beberapa gambar. Biasalah selfi is the best. Jeep berjalan
menyusuri sungai yang dahulu bekas aliran lahar dingin. Masih ada jejak aliran
lahar dinginnya. Perjalanan cukup memacu andrenalin khususnya untuk aku yang
belum pernah naik jeep dengan medan seperti ini. Setelah menyusur sungai
sampailah kita ke mini museum. Sebenarnya ini adalah bekas desa yang terkena
erupsi. Ada berbagai peninggalan, rumah
yang hanya sebagian kecil utuh, ada beberapa peninggalan barang setelah terkena
erupsi. Melihat benda-benda itu jadi sedikit banyak dapat membayangkan
bagaimana ngeri nya peristiwa erupsi Merapi 2010. Setelah melihat-lihat sejenak
kami melihat ada batu besar unik yang katanya mirip wajah manusi. Tetapi aku
tidak bisa melihat ada wajah manusia di situ mungkin imajinasiku sedang tidak
jalan. Setelah itu kami sampai di bungker kaliadem. Namanya bungker otomatis
itu adalah bangunan bawah tanah yang
berfungsi sebagai tempat berlindung. Disana juga katanya ada dua relawan yang
mati karena tidak kuat menahan hawa panas ketika erupsi. Bungker itu menjadi
prasasti untuk mengenang peristiwa erupsi merapi 2010. Di samping ada sisi
keindahan panorama ada sisi sedihnya juga. Kami pun berhenti sejenak,
Sepanjang mata memandang hanya ada hamparan pasir batu dan sisa-sisa erupsi.
Seolah mengingatkan
kita untuk tidak jumawa karena ada kekuatan lain yang Maha Dasyat. Diluar
perkiraanku perjalananku ke Jogja kali
ini membawa pemahaman baru dalam diriku. Jogja menyenandungkan di telingaku
tentang kearifan dalam kehidupan. Sejenak
aku teringat mas Malik dan melihat akar permasalahan kami dari sudut pandangku
dan sudut pandang mas Malik. Dan aku tahu apa yang harus kulakukan ketika aku
kembali ke Jombang. Rika menyenggol lenganku, tersenyum aku memandangnya dan
kami berdua kembali ke tempat paklik Anton dan wisnu menunggu. Jeep pun membawa kami
kembali ke kawasan wisata LavaTour
Kaliurang.
Blog post ini dibuat
dalam rangka mengikuti Writing Project #Jalan2INDONESIA
yang diselenggarkan Nulisbuku.com,
Storial.co, dan Walk indies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar